Gangguan Tidur

 Home / Artikel /Gangguan Tidur
Gangguan Tidur

Gangguan Tidur

Gangguan Tidur

Instalasi Humas & Pemasaran bekerja sama dengan Kelompok Staf Medis Jiwa mengadakan Kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit dengan mengangkat topik: “Gangguan Tidur”. Acara ini dilaksanakan di Klinik Jantung  dengan narasumber dr. Mardi Susanto, Sp.KJ serta Coass FK UPN pada hari Selasa, 2 Oktober 2018, Pukul 08.00 s/d 09.00 WIB

Kegiatan edukasi ini dihadiri oleh pasien & keluarga yang sedang bearada di Ruang tunggu Klinik Jantung. Dalam kegiatan PKRS ini, narasumber menjelaskan tidur adalah suatu kebutuhan dalam hidup manusia yang sangat penting dan bisa mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Setiap orang mempunyai kebutuhan atau jumlah waktu tidur yang berbeda tergantung dari umur,  Jenis kelamin, beban kerja sehari-hari. Secara relatif, jumlah waktu tidur berkurang seiring dengan meningkatnya umur.

Insomnia adalah terganggunya siklus tidur normal yang menyebabkan gangguan beraktivitas sehari-hari. Kesulitan untuk memulai tidur, mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk selama 1 bulan atau lebih (DSM V).

Penyebab dan faktor resiko pada gangguan tidur:

  • Kondisi psikiatrik (co: depresi, PTSD)
  • Pengunaan obat (co: beta blokers, CCB, antidepresan dsb)
  • Kondisi medis (co: penyakit jantung, asma dsb)
  • Stress
  • Alkohol
  • Nikotin
  • Kafein

Insomnia ada primer dan sekunder, Primer adalah tidak disebabkan kondisi fisik atau mental tetapi ditandai suatu gejala yang konsisten, perjalanan penyakit yang pasti dan respon terhadap pengobatan. Etiologi idiopatik. Sekunder adalah disebabkan oleh penyakit medis dan psikiatrik, penggunaan obat-obatan, atau gangguan tidur lainnya.

Epidemiologi pada gangguan tidur: 10 – 15 % orang dewasa menderita insomnia,13 -47 % orang usia lanjut menderita insomnia, perempuan cenderung kesulitan tidur dari pada laki-laki, pravelensi lk > pr seiring bertambahnya usia dan pasien terdiagnosis insomnia prmier 25 - 30 %.

Stress depresi, cemas, minuman mengandung kafein & alkohol, perubahan jam kerja, kondisi medis seperti nyeri kronis dapat menurunkan kualitas tidur/ mengganggu system REM. Insomnia dapat juga menyebabkan mengganggu kosentrasi, mengganggu, memory (pelupa), sakit kepala otot tegang, kelelahan, hipertensi, dan sistem kekebalan tubuh menurun.

Kapan seseorang dikatakan insomnia?

Kriteria Diagnostik DSM V

  • Kesulitan memulai tidur (membutuhkan waktu lebih dari ½ jam untuk tertidur)
  • Kesulitan mempertahankan tidur (sering terbangun malam hari)
  • Tidur yang tidak bersifat menyegarkan
  • Kelelahan di siang hari menyebabkan penderitaan secara klinis bermakna (rendahnya fungsi sosial dan pekerjaan)

            Terjadi selama setidaknya 1 bulan 

Terapi pada orang yang terkena gangguan tidur, non-medikamentosa dengan sleep hygiene dan medikamentosa dengan benzodiazepine serta nonbenzodiazepin tapi harus dengan resep dokter.

Sleep hygiene tujuannya untuk mengatur pola hidup dan lingkungan sehingga kualitas tidur dapat meningkat. Hal yang perlu diperhatikan adalah perilaku, lingkungan, diet dan olahraga

Sleep Hygiene: Perilaku

  • Hanya berada di tempat tidur bila benar-benar kelelahan ataupun tiba waktu tidur
  • Hanya gunakan tempat tidur untuk tidur dan berhubungan seks, jangan gunakan tempat tidur untuk aktivitas lain seperti menonton TV, bekerja, ataupun membaca
  • Tinggalkan tempat tidur bila tidak bias tidur, masuk kembali ke tempat tidur bila sudah merasa ingin tidur kembali
  • Bangun pada waktu yang telah di tetapkan setiap pagi

 

Sleep Hygiene: Lingkungan

  • Dianjurkan tidur dengan pencahayaan yang gelap
  • Sesuaikan temperatur kamar tidur
  • Menghindari kebisingan
  • Membersihkan kamar tidur secara teratur 

 

Sleep Hygiene: Diet dan Olahraga

  • Makan teratur setiap hari
  • Tidak makan terlalu banyak sebelum tidur
  • Tidak minum kopi atau yang mengandung kafein sebelum tidur
  • Tidak minum alkohol ataupun merokok sebelum tidur
  • Olahraga teratur 20-30 menit minimal 3x dalam seminggu 

Obat yang digunakan bagi seseorang terkena gangguan tidur adalah benzodiazepin dapat mempermudah tidur, melemaskan otot dan mencegah terjaga di malam hari. Efek samping jika mengkonsumsi diazepam dan lorazepam dapat mengakibatkan pusing, hipotensi, day time sleepiness, distress nafas serta ketergantungan.

Obat  Non Benzodiazepin, efek sama dengan Benzodiazepin. Seperti obat zolpidem, zaleplon dan eszopiclone obat ini jarang digunakan, karena efek samping seperti hipotensi dan distress pernapasan jarang ditemukan. Efek samping obat ini akan ketergantungan.

Penggunaan obat-obatan tidak boleh digunakan lebih dari 2 minggu. Dapat menimbulkan perubahan pola kelistrikan otak saat tidur (Sleep EEG) yang menetap selama 6 bulan.

Untuk info lebih lanjut dapat mengunjungi Klinik Jiwa RSUP Persahabatan

Di Instalasi Rawat Jalan Lantai 3