MENINGITIS TUBERKULOSIS

 Home / Artikel /MENINGITIS TUBERKULOSIS
MENINGITIS TUBERKULOSIS

MENINGITIS TUBERKULOSIS

Meningitis Tuberkulosis

dr. Dwi Astiny, SpS

SMF Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

 

            Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mengalami masalah kesehatan berupa penyakit infeksi, salah satunya adalah penyakit tuberkulosis (TB). Sepertiga populasi dunia terinfeksi oleh infeksi TB laten dan Indonesia merupakan negara penyumbang kasus TB kedua terbanyak di dunia. Seseorang dikatakan TB laten apabila secara klinis tidak terlihat menderita penyakit TB namun mempunyai risiko sebanyak 10% untuk menjadi TB aktif.

            Penyakit TB tidak hanya menyerang sistem organ pernafasan yaitu paru-paru, namun juga dapat menyerang sistem organ tubuh lainnya seperti Sistem Saraf Pusat (SSP). Infeksi TB pada SSP dapat berbagai bentuk, salah satunya adalah meningitis tuberkulosis. Infeksi TB yang mengenai SSP merupakan jenis TB yang berat dan sering berakibat fatal.

Apa itu meningitis TB?

            Meningitis adalah suatu penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan pada lapisan otak dan sumsum tulang belakang yang disebut meningen. Lapisan ini mempunyai fungsi melindungi otak dari cedera dan infeksi. Ada banyak jenis penyakit meningitis salah satunya adalah meningitis TB yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Siapa saja yang bisa terkena meningitis TB?

            Penyakit meningitis TB dapat menyerang siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Orang-orang yang mempunyai risiko tinggi menderita meningitis TB adalah:

  • Anak-anak yang menderita TB paru primer.
  • Orang dengan kekebalan tubuh yang menurun akibat usia tua, kurang gizi, dan HIV (Human Immmunodeficiency Virus).
  • Orang dengan penyakit kronis/menahun seperti diabetes mellitus/DM (penyakit kencing manis), kanker, dan lain sebagainya
  • Orang yang tinggal di perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan minimal dan kebersihan yang buruk 

 

 

Bagaimana meningitis TB dapat terjadi?

            Meniningitis TB dapat terjadi sebagai berikut:

  • Bakteri tuberkulosis masuk ke tubuh melalui droplet (percikan ludah) seorang yang terinfeksi bakteri TB. Droplet ini keluar bersamaan dengan batuk/bersin yang kemudian terhisap oleh seseorang.
  • Bakteri akan memperbanyak diri dalam paru-paru, menembus pembuluh darah, dan akan melalui sirkulasi pembuluh darah menyebar ke berbagai organ tubuh salah satunya adalah otak.
  • Bakteri yang menembus lapisan otak (meningen) dan jaringan otak akan membentuk tuberkel-tuberkel yang makin lama makin berkembang.
  • Apabila daya tahan tubuh orang tersebut baik, maka bakteri akan dormain/tidak aktif. Jika suatu saat daya tahan tubuh orang tersebut menurun, maka tuberkel ini dapat pecah dan menyebabkan meningitis TB. Pecahnya tuberkel dapat terjadi segera atau beberapa bulan/tahun sejak seseorang terkena infeksi awal tergantung pada daya tahan tubuhnya.
  • Proses infeksi di otak ini akan meningkatkan tekanan dalam kepala yang menyebabkan rusaknya syaraf dan jaringan dalam otak yang biasanya berat/parah.

Gejala apa saja yang dapat terjadi pada meningitis TB?

            Pada tahap awal penyakit, gejala meningitis TB biasanya tidak khas dan berlangsung selama beberapa minggu.  Gejala awal tersebut dapat berupa:

  • Sakit kepala terus menerus
  • Malaise (lesu, mual, tidak nafsu makan)
  • Demam

 

Pada tahap lebih lanjut, penyakit ini akan memberikan gejala yang lebih spesifik berupa:

  • Sakit kepala yang makin memberat
  • Kaku pada leher
  • Kesadaran menjadi turun (gelisah, bicara meracau, halusinasi, terlihat mengantuk, tidak memberikan respons bila diajak komunikasi/bicara)
  • Adanya kelumpuhan saraf (mata terlihat juling, pandangan dobel/berbayang, mulut mencong, kelemahan sesisi anggota gerak tubuh)
  • Adanya kejang dan gangguan gerak lainnya

Bagaimana pengobatan meningitis TB?

            Seseorang yang dicurigai terkena infeksi meningitis TB perlu dilakukan rawat inap di rumah sakit untuk dipantau perkembangan penyakitnya. Sebelum dinyatakan menderita meningitis TB, seseorang akan menjalani serangkaian pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik oleh dokter, pemeriksaan laboratorium, foto rontgen dada, Computed Tomography Scanning (CT- scan) kepala, dan pemeriksaan cairan otak. Pemeriksaan cairan otak yang dikenal dengan nama lumbal pungsi ini akan dilakukan oleh dokter spesialis syaraf. Rangkaian pemeriksaan ini perlu dilakukan agar diketahui benar apakah seseorang menderita penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosis atau meningitis jenis lainnya.

             Setelah seseorang dinyatakan menderita meningitis TB maka akan diberikan sejumlah obat antituberkulosis seperti rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin yang diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama. Selanjutnya obat rifampisin dan isoniasid akan diteruskan selama 10 bulan berikutnya. Pemberian obat kombinasi ini mempunyai tujuan untuk mengurangi risiko terjadinya resistensi obat. Obat lain yang digunakan adalah obat steroid. Obat ini hanya diberikan pada beberapa minggu pertama pengobatan.

            Selama menjalani pengobatan meningitis TB, penderita diharuskan untuk kontrol rutin ke fasilitas kesehatan (klinik, puskesmas, atau rumah sakit) untuk dipantau respons pengobatan, apakah ada efek samping akibat obat-obatan, hingga perkembangan penyakitnya.

Kemungkinan apa yang dapat terjadi setelah terserang meningitis TB? 

            Meningitis TB berkembang secara lambat dan tidak mempunyai gejala awal yang khas sehingga dapat menyebabkan penegakkan diagnosis menjadi sulit. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk masyarakat apabila mengalami gejala awal tersebut untuk memeriksakan dirinya secepat mungkin ke tenaga kesehatan terdekat.

            Dengan cepat diketahuinya seseorang menderita meningitis TB dan segera diberikan pengobatan hingga tuntas/selesai, maka kebanyakan penderita meningitis TB akan membaik dan tidak berlanjut ke tahap penyakit yang lebih berat lagi. Diperkirakan sekitar 15-20% penderita meningitis TB akan mengalami komplikasi jangka panjang akibat penyakit ini berupa: kerusakan otak yang berat, epilepsi, kelemahan anggota gerak tubuh, kehilangan pendengaran/tuli, kehilangan penglihatan/buta, dimana kemungkinan terburuk dari penyakit meningitis TB adalah kematian. Hal ini terjadi apabila seseorang tidak cepat terdiagnosis penyakitnya, tidak segera mulai minum obat, dan tidak tuntas/selesai menyelesaikan pengobatannya.

Apakah meningitis TB dapat dicegah?

            Meningitis TB dapat dicegah dengan:

  • Pemberian vaksin BCG. Vaksin BCG efektif untuk bayi dan anak-anak.
  • Apabila seseorang mempunyai penyakit kronis/menahun dianjurkan untuk rutin kontrol ke tenaga kesehatan terdekat untuk menurunkan risiko terjangkitnya penyakit meningitis TB ini.
  • Pola hidup sehat akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh seseorang sehingga menurunkan risiko terjangkit meningitis TB.
  • Cara hidup sehat juga harus diterapkan seperti menjaga kebersihan dan memastikan sirkulasi/ventilasi udara di perumahan baik.

 

dr. Dwi Astiny, SpS

SMF Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan