Tips Rehabilitasi Untuk Disabilitas Pasca Stroke

 Home / Artikel /Tips Rehabilitasi Untuk Disabilitas Pasca Stroke
Tips Rehabilitasi Untuk Disabilitas Pasca Stroke

Tips Rehabilitasi Untuk Disabilitas Pasca Stroke

Oleh: dr. Rezky Achmad Isdyanta, Sp.KFR

Dari RSUP Persahabatan

 

Stroke merupakan cedera yang diakibatkan oleh gangguan peredaran darah di otak. Stroke dapat dibagi menjadi:

Iskemik terjadi apabila aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian daerah di otak.

Pendarahan/ Hemoragik yang disebabkan oleh pecahnya salah satu pembuluh darah di dalam otak sehingga memicu perdarahan di sekitar otak.

 

Dampak yang sering ditimbulkan pasca stroke adalah disabilitas, yaitu ketidakmampuan atau kekurangan baik secara fisik maupun mental yang menyebabkan hambatan untuk melakukan suatu aktivitas.

Disabilitas pasca stroke bisa meliputi:

 

-Gangguan dalam mengendalikan gerak tubuh/kelumpuhan

-Gangguan nyeri atau masalah sensorik lainnya

-Gangguan bicara atau memahami bahasa

-Gangguan berpikir dan daya ingat

-Gangguan emosi

 

Apa itu rehabilitasi pasca stroke?

Rehabilitasi pasca stroke merupakan suatu rangkaian program latihan yang dapat diberikan pada pasien stroke untuk memaksimalkan fase pemulihan. Program akan disusun dan dilaksanakan oleh tim rehabilitasi medik dan disesuaikan dengan gangguan fungsi yang dialami oleh pasien stroke. Tujuan dari program rehabilitasi pasca stroke adalah mengembalikan kemampuan pasien untuk kembali beraktivitas secara mandiri seoptimal mungkin. Program ini dapat dimulai sedini mungkin segera setelah kondisi pasien stabil. Rehabilitasi pasca stroke dapat berlangsung singkat maupun lama. Durasi ini tergantung pada tingkat keparahan dan komplikasi stroke yang terjadi.

 

Sasaran program rehabilitasi pasca stroke

1.Keterampilan motorik

Stroke dapat menyebabkan kelemahan otot pada satu sisi tubuh dan mengganggu fungsi gerak tangan dan kaki. Kondisi ini akan mengganggu koordinasi tubuh sehingga pasien sulit berjalan dan melakukan aktivitas fisik. Kejang dan kaku otot pun bisa dialami oleh pasien stroke. Terapis akan membantu pasien untuk menyeimbangkan dan memperkuat otot, serta mengendalikan kejang, misalnya melalui latihan peregangan dan latihan kontrol gerak. Jika diperlukan, alat bantu gerak dan alat bantu jalan bisa diberikan untuk mempermudah aktivitas.

 

2.Keterampilan sensorik

Stroke dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk merasakan rangsangan indera. Misalnya rasa nyeri, panas, dingin, dan tekanan. Terapi latihan akan membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut. Penggunaan alat bantu khusus juga bisa direkomendasikan untuk mencegah cedera pada bagian tubuh yang berisiko.

 

3.Keterampilan berkomunikasi

Stroke dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa. Pasien seperti sulit menemukan kata-kata yang tepat, sulit menamai benda, sulit memahami pertanyaan, atau bicara tidak jelas. Terapi latihan akan membantu pasien untuk berbicara lebih lancar dan jelas melalui terapi wicara dan bahasa. Bila kerusakan dinilai terlalu parah, terapis dapat mengajari cara-cara lain agar pasien bisa tetap berkomunikasi.

 

4.Keterampilan kognitif dan kontrol emosi

Stroke dapat menganggu kemampuan berpikir, bernalar, dan menyebabkan gangguan daya ingat. Tak hanya itu, perubahan perilaku juga bisa terjadi akibat stroke. Akibatnya, pasien bisa tampak lebih sembrono. Karena itu, keterampilan kognitif perlu dipulihkan demi alasan keselamatan. Terapi okupasi dan terapi wicara dapat dijalani untuk melatih keterampilan ini. Tenaga medis juga akan memastikan bahwa rumah pasien menjadi lingkungan yang aman bagi pasien.

 

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan rehabilitasi pasca stroke:

-Tingkat keparahan pada kerusakan otak, semakin rendah tingkat keparahan cedera otak, semakin besar kemungkinan pasien untuk pulih.

-Sikap pasien yang positif dan optimis selama rehabilitasi dapat membantu pasien dalam mengatasi masa-masa sulit serta fokus untuk pulih.

-Dukungan keluarga berperan penting dalam kelancaran rehabilitasi. Anggota keluarga dapat meyakinkan pasien bahwa kehadirannya sangat berharga bagi mereka.

-Waktu memulai rehabilitasi sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Tindakan sederhana dapat dilakukan segera setelah kondisi pasien stabil, misalnya, menggerakkan otot-otot yang lumpuh dan mengganti posisi tubuh pasien secara berkala di tempat tidur.

-Mengontrol faktor risiko penyebab stroke seperti darah tinggi, gangguan kolesterol, sakit gula/kencing manis, dan lain-lain. Pengobatan rutin di bawah pengawasan dokter spesialis terkait penting dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya stroke berulang yang dapat menyebabkan disabilitas yang lebih berat. (Produksi Promkes | Publikasi Hukormas)