YUK KITA KENALI GEJALA KUSTA! DETEKSI DAN TATALAKSANA DINI MENCEGAH KECACATAN

 Home / Artikel /YUK KITA KENALI GEJALA KUSTA! DETEKSI DAN TATALAKSANA DINI MENCEGAH KECACATAN
YUK KITA KENALI GEJALA KUSTA! DETEKSI DAN TATALAKSANA DINI MENCEGAH KECACATAN

YUK KITA KENALI GEJALA KUSTA! DETEKSI DAN TATALAKSANA DINI MENCEGAH KECACATAN

Oleh: dr. EUIS MUTMAINNAH, Sp.KK, FINSDV

Dari RSUP PERSAHABATAN

 

Hingga saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami apa itu penyakit kusta, sehingga stigma di masyarakat  terhadap penyakit kusta masih ditemukan. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini  menjadikan kusta  termasuk ke dalam kelompok penyakit tropis terabaikan (neglected tropical disease).

 

Kusta atau yang dikenal juga dengan nama lepra, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang umumnya awalnya mengenai saraf tepi, lalu menyerang kulit, dan dapat mengenai organ lain seperti saluran napas bagian atas, mata, otot, tulang, namun tidak mengenai susunan saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Kalau dalam istilah kedokteran dinamakan Morbus Hansen atau penyakit Hansen.

 

Kusta ini memang menyerupai banyak penyakit kulit lainnya. Biasanya akan ditemukan bercak di kulit, dapat datar atau meninggi, dapat kering atau mengkilap. Khasnya ialah baal atau mati rasa. Jadi bercak tersebut tidak ada rasa gatal ataupun rasa nyeri. Kulit menebal juga seringkali terlihat di daun telinga. Karena penyakit ini mengenai saraf tepi, jadi bisa disertai sering kesemutan atau juga mati rasa di tangan dan kaki, kelemahan jari-jari atau tangan kaki, hingga jari kiting atau bengkok. Pada kusta juga dapat terjadi reaksi kusta. Ditandai dengan bercaknya makin menebal kemerahan dan bertambah banyak dalam waktu cepat atau timbul benjolan nyeri di kulit. Masalah lain yang dihadapi penderita kusta adalah diskriminasi pada penderita kusta, hal ini dapat menyebabkan masalah psikologis.

 

Kusta ini disebabkan oleh bakteri yang namanya Mycobacterium leprae. Bakteri ini sifatnya tahan asam, dan lebih suka hidup di lokasi yang dingin. Oleh sebab itu, di kulit umumnya banyak ditemukan di daun telinga, cuping hidung, tonjolan tulang pipi, alis, dagu. Pada penderita kusta dengan kuman yang banyak, dapat terjadi perubahan bentuk wajah.

 

Karena kusta merupakan penyakit infeksi, maka dapat menular. Akan tetapi, bisa dikatakan bahwa kusta ini penyakit infeksi yang penularannya tidak mudah, perlu kontak erat yang lama. Dari 100 orang yang kontak dengan penderita kusta, hanya 5% atau 5 orang yang ada kemungkinan terinfeksi. Dan dari 5% orang ini 70%nya dapat sembuh sendiri, dan pada akhirnya hanya 30% yang bergejala. Jadi dari 100 orang yang kontak, kemungkinan hanya 1-2 orang saja yang akhirnya bergejala kusta. Masa inkubasi kusta dapat lama bisa 40 hari hingga 40 tahun. Jadi dari kontak bisa baru timbul gejala bertahun-tahun kemudian.

 

Penyakit kusta ini dibedakan menjadi beberapa tipe. Sederhananya terbagi menjadi kusta kering atau tipe tuberkuloid dan kusta basah atau tipe lepromatosa. Terbagi juga menjadi yang kumannya sedikit atau pausibasiler dan kumannya banyak atau multibasiler. Kalau kecacatannya terbagi atas derajat 0, 1, dan 2.

 

Kapankah kita perlu berobat? Jika memiliki bercak kulit yang mati rasa, tidak ada gatal, tidak ada nyeri, sudah diobati tidak kunjung sembuh, atau gejala saraf yang telah disebutkan sebelumnya sebaiknya diperiksakan ke dokter. Dokter nanti akan memeriksa kulit dan saraf tepinya. Untuk mendeteksi bakterinya, dilakukan pemeriksaan apusan kerokan jaringan kulit. Selanjutnya dokter akan menentukan tipenya apakah termasuk pausibasiler atau multibasiler, dan juga tipe sesuai bentuk dan penyebaran lesinya. Akhirnya akan diberikan obat yang sesuai serta penjelasannya.

 

Pada prinsipnya pengobatan kusta menggunakan kombinasi beberapa macam obat atau disebut multidrug therapy tujuannya agar lebih efektif dan menghindari resistensi atau kebal obat. Obat tersedia dalam bentuk blister atau papan terdiri atas 3 macam obat, dapat diambil pasien setiap bulannya secara gratis di puskesmas atau rumah sakit yang menyediakan. Untuk tipe pausibasiler pengobatan selama 6-9 bulan, sementara yang multibasiler selama 12-18 bulan. Jika ada reaksi kusta maka akan diberikan pengobatan reaksi oleh dokter. Operasi umumnya dilakukan untuk memperbaiki kecacatan yang telah terjadi.

 

Dengan mengenali gejala dan tatalaksana sejak dini, kusta dapat sembuh. Kerusakan saraf yang masih dapat diperbaiki umumnya jika tertangani dalam kurun waktu 6 bulan sejak awal gejala saraf. Namun, jika lebih dari waktu tersebut biasanya akan ada kerusakan permanen. Vaksin untuk saat ini belum ada. Akan tetapi untuk pencegahan dapat diberikan obat profilaksis, terutama diberikan pada nara kontak atau individu yang sering kontak dengan penderita, misalkan orang serumah. Oleh sebab itu, penting sekali mengenali gejalanya dan memeriksakan segera ke dokter. Yuk kenali gejala kusta, deteksi dan tatalaksana dini mencegah kecacatan. (Produksi Promkes | Publikasi Hukormas)